Selamat Hari Ibu

Kasih ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia....

Siapa yang tak kenal lagu ini. Lagu bercerita tentang kasih sayang seorang ibu, layaknya matahari yang menyinari dunia. Selalu bersinar, memberi kehangatan tanpa pernah berharap imbalan.

Ya,  oleh pemerintah, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari peringatan atas jerihpayah kaum Ibu, diperingati secara nasional. Pada tanggal itu, kaum ibu di seluruh Indonesia akan mendapatkan perlakuan khusus.

Setiap tahun pada tanggal 22 Desember bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu. Perayaan Hari Ibu 2010 ini diharapkan bisa memberi makna positif bagi kemajuan dan eksistensi wanita khususnya para ibu di negeri ini. Sayangnya, kita tidak melihat peringatan atau perayaan Hari Ibu dilakukan dengan optimal sehingga kurang terkoordinir di mana-mana.

Sejarah penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Presiden Soekarno menetapkannya  melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Adapun misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Hasilnya, kegiatan wanita khususnya para ibu semakin signifikan. Awalnya baru satu menteri dalam kabinet yaitu Maria Ulfah di tahun 1950, tapi sekarang jumlahnya sudah puluhan orang (menteri dan mantan menteri).

Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu yang berjasa besar dalam melahirkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Besar sekali jasa para ibu, sehingga Nabi Muhammad SAW ketika ditanya para sahabat, siapa orang yang paling berjasa dan patut dihormati di dunia ini, beliau menjawab: Ibumu sampai beberapa kali, baru kali ketiga ditanya, Nabi SAW menjawab, ‘’Ayahmu’’. Pepatah mengatakan ‘’Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.’’

Di negara mana pun juga peranan kaum ibu sangat signifikan bagi kemajuan bangsanya. Hampir pasti, kalau para ibu dapat membina anak-anaknya dengan baik dalam keluarga harmonis, sakinah, mawaddah, dan warohmah,  maka kehidupan keluarga itu, masyarakatnya, bangsa dan negara itu dipastikan maju. Sebaliknya, bila kaum ibunya tidak berperan maka anak-anaknya berkembang tidak optimal, tanpa arah, dan cenderung melanggar norma serta  hukum yang berlaku. Konsekuensinya negara itu pun mengalami berbagai masalah, kemunduran. Kemiskinan dan kemungkaran di mana-mana.

Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari andil para pejuang wanita, di antaranya kaum ibu, walau jumlahnya tidak sebanyak kaum pria. Banyak pejuang wanita yang bersedia berkorban jiwa dan raga demi kemerdekaan bangsanya, demi kemajuan kaumnya.  Kita mencatat sejumlah  pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, RA Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Sehingga kalau kita bicara Hari Ibu identik dengan kemajuan wanita Indonesia.

RA Kartini merupakan fenomena kebangkitan kaum wanita dan para ibu di masa ’’tempo doeleoe’’ sehingga wanita dan para ibu sekarang mengalami kemajuan pesat. Sayangnya, meskipun jumlah kaum wanita di negeri kita jauh lebih besar dari jumlah kaum pria, namun peran yang dijalankan kaum wanita, khususnya para ibu, masih belum signifikan, mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawabnya karena dominasi kaum pria (kaum bapak)  masih sangat terasa di hampir semua sektor.

Justru itu, peringatan Hari Ibu 2010 ini hendaknya benar-benar dimanfaatkan untuk bahan kajian guna menjalin kekuatan kaum wanita dan para ibu di negeri ini. Selama ini, potensi yang besar pada kaum wanita/ibu masih belum dimanfaatkan, belum tergali secara optimal. Kegiatan Hari Ibu pun cenderung sporadis dan sebagiannya tidak berkualitas karena kebanyakan seremonial belaka. Termasuk di bidang politik, kaum wanita hanya dianggap sebagai obyek pelengkap penderita semata. Lihat saja contoh perundang-undangan sudah mensyaratkan 30 persen keperwakilan wanita dalam penyusunan daftar calon legislatif dalam Pemilu 2009, namun faktanya tidak banyak Parpol yang menjalankannya. Hingga Pemilu 2014 pun diperkirakan belum terealisi jika tidak ada gerakan dan gebrakan dari kaum wanita/ibu. Kalaupun keterlibatan Caleg wanitanya lebih dari 30 persen namun umumnya kurang berkualitas sehingga sangat kecil peluangnya bisa duduk, terpilih menjadi anggota DPR/DPRD. Dan terbukti banyak Caleg perempuan tersingkir!

Tak pelak lagi,  peringatan Hari Ibu 2010 ini hendaknya menjadi momentum menyatukan visi dan misi perjuangan kaum wanita/ibu menghadapi semakin besarnya tantangan sejalan dengan kemajuan zaman di era globalisasi. Para ibu berperan besar dalam membimbing anak-anaknya dalam bidang pendidikan, menjaga putra-putrinya dari dampak negatif kemajuan teknologi informasi, tidak terlibat dalam pergaulan bebas, narkoba. Di sinilah  kaum wanita/ibu  harus berani menunjukkan jati dirinya, tidak mudah diombang-ambingkan kemajuan zaman yang semakin ’’gila’’. Saatnya kaum wanita terutama para ibu memperjuangkan kaumnya yang tertindas, meningkatkan kemampuannya dengan terus belajar, terutama membina putra-putrinya dengan kasih sayang. Kalau kaum wanita-ibu kompak, pintar,  tentu mereka dapat berperan optimal dalam kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.

0 komentar:

Posting Komentar

    by ujank_slanker

Follower

Video Gallery